Contoh Surat Hibah Tanah dan Penjelasan Lengkapnya, Simak Agar Tidak Sengketa!

Artikel ini terakhir di perbaharui October 31, 2023 by David Ashari
Contoh Surat Hibah Tanah dan Penjelasan Lengkapnya, Simak Agar Tidak Sengketa!

Aturan mengenai hibah diatur dalam Pasal 1666 hingga Pasal 1693 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Definisi hibah dapat ditemukan dalam Pasal 1666 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa “Hibah adalah suatu perjanjian di mana si pemberi hibah, selama hidupnya, dengan sukarela dan tanpa dapat ditarik kembali, menyerahkan suatu benda untuk kepentingan si penerima hibah yang menerima penyerahan tersebut. Undang-undang hanya mengakui hibah-hibah antara individu yang masih hidup.”

Sekarang, mari kita bahas dengan lebih detail pengertian hibah tanah. Jika Anda sedang terlibat dalam proses hibah tanah atau menerima hibah tanah, berikut adalah informasi dan cara membuat surat hibah tanah yang dapat membantu agar proses pengalihan hibah tanah berjalan lancar.

Pengertian Hibah Secara Umum

Hibah adalah perbuatan memberikan sesuatu oleh seseorang selama hidupnya kepada individu atau entitas lain. Hibah ini seringkali dilakukan untuk tujuan sosial, seperti saat pemilik tanah menghibahkan propertinya kepada sebuah lembaga keagamaan, sosial, atau sekolah. Terkadang, hibah juga melibatkan pemberian barang atau uang dari orang tua kepada anak sebelum meninggal, atau bahkan kakak kandung yang ingin memberikan propertinya kepada adik kandungnya.

Hibah dapat dilakukan dalam berbagai konteks, termasuk dalam hubungan keluarga, amal, atau tujuan lainnya. Ini adalah cara untuk berbagi kekayaan atau aset dengan orang lain atau entitas tertentu. Dalam beberapa yurisdiksi hukum, hibah dapat memiliki implikasi pajak dan hukum tertentu yang perlu diperhatikan.

Penjelasan Hibah Tanah

Hibah tanah adalah tindakan memberikan kepemilikan tanah dari satu pihak kepada pihak lain dengan niat untuk mentransfer kepemilikan tersebut secara sah. Ini sering digunakan untuk memberikan properti tanah kepada penerima yang dapat berupa individu, keluarga, organisasi nirlaba, institusi agama, atau tujuan amal tertentu.

Manfaat & Pentingnya Membuat Surat Hibah Tanah

Membuat surat hibah tanah memiliki manfaat dan pentingnya yang signifikan dalam konteks hukum dan administratif. Pertama-tama, surat hibah adalah bukti tertulis yang sah yang menunjukkan bahwa pemilik tanah telah dengan sengaja dan sukarela mentransfer hak kepemilikan tanah kepada penerima hibah. Ini memastikan kepastian hukum dan menghindari sengketa di masa depan.

Selain itu, surat hibah melindungi kedua pihak terlibat, yaitu pemberi hibah dan penerima hibah. Bagi pemberi hibah, surat ini menunjukkan niat baik dalam memberikan tanah, dan bahwa hibah tersebut tidak dilakukan karena tekanan atau paksaan. Bagi penerima hibah, surat hibah adalah bukti jelas kepemilikan tanah yang dapat digunakan untuk mengamankan hak mereka dalam transaksi properti dan dalam menghadapi klaim yang tidak sah.

Selanjutnya, surat hibah memiliki implikasi pajak yang perlu dipertimbangkan baik oleh pemberi hibah maupun penerima hibah. Dokumen ini membantu kedua belah pihak memahami dampak pajak dari hibah tersebut. Selain itu, surat hibah juga dapat memengaruhi hak warisan dan pewarisan di masa depan, terutama jika hibah tersebut diberikan kepada anggota keluarga. Dokumen ini menjelaskan niat dan tujuan pemberi hibah dalam hal tersebut.

Terakhir, surat hibah dapat digunakan dalam berbagai situasi administratif, seperti perizinan pembangunan atau perizinan lain yang melibatkan tanah tersebut. Dalam hal ini, surat hibah adalah bukti kepemilikan sah yang dapat diterima oleh otoritas yang berwenang.  Secara keseluruhan, membuat surat hibah tanah adalah tindakan yang penting untuk memastikan kejelasan kepemilikan tanah, mencegah sengketa, melindungi hak-hak pihak terlibat, dan memenuhi persyaratan hukum dan administratif yang berlaku.

Syarat Sah Hibah Tanah Menurut Undang-Undang

Syarat sah hibah tanah menurut undang-undang dapat bervariasi tergantung pada yurisdiksi hukum yang berlaku. Namun, secara umum, ada beberapa syarat yang biasanya harus dipenuhi agar hibah tanah dianggap sah menurut undang-undang. Ini termasuk:

1. Niat Ikhlas

Pemberi hibah harus secara tulus dan sepenuh hati melakukan hibah tanah dengan niat yang baik dan ikhlas. Ini berarti bahwa tindakan memberikan tanah haruslah dilakukan tanpa adanya dorongan atau tekanan yang berasal dari pihak lain yang mungkin mencoba memengaruhi atau memaksa pemberi hibah. 

Dalam konteks hibah tanah, niat baik merujuk pada ketulusan hati pemberi hibah dalam memberikan kepemilikan tanah kepada penerima hibah, tanpa mempertimbangkan manfaat pribadi atau kepentingan yang mungkin timbul dari hibah tersebut.

2. Bukti Tertulis

Tindakan hibah tanah biasanya harus diresmikan dalam sebuah dokumen yang disebut surat hibah, dan surat hibah ini harus memenuhi sejumlah persyaratan agar dianggap sah dan berlaku. Surat hibah ini memiliki peran penting dalam mengabadikan perpindahan kepemilikan tanah dan memberikan panduan yang jelas bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Surat hibah ini harus mencakup informasi terperinci yang mencakup identitas lengkap pemberi hibah, termasuk nama dan alamatnya, serta identitas penerima hibah, seperti nama dan alamat mereka. Selain itu, surat hibah harus mencakup deskripsi yang jelas dan tepat tentang tanah yang dihibahkan, termasuk luas tanah, lokasi yang spesifik, dan segala informasi yang dapat mengidentifikasi properti tersebut dengan jelas.

3. Penerima Hibah yang Sah

Dalam konteks hibah tanah, penting untuk memastikan bahwa penerima hibah memiliki kapasitas hukum yang memungkinkan mereka untuk secara sah menerima hibah tersebut. Kapasitas hukum adalah kemampuan atau hak hukum yang dimiliki oleh individu atau entitas hukum untuk memiliki dan mengelola properti, termasuk tanah.

Individu yang dianggap memiliki kapasitas hukum untuk menerima hibah tanah adalah individu dewasa, yang telah mencapai usia di mana mereka dianggap memiliki hak hukum penuh dan dapat mengatur kepemilikan tanah. Di berbagai yurisdiksi, usia minimal yang menentukan seorang individu sebagai dewasa dapat bervariasi, tetapi biasanya berkisar antara 18 hingga 21 tahun.

4. Persetujuan Penerima Hibah

Dalam beberapa situasi atau yurisdiksi tertentu, undang-undang mungkin mengharuskan penerima hibah untuk memberikan persetujuan tertulis atau menandatangani surat hibah sebagai tindakan konkret yang menunjukkan persetujuan mereka untuk menerima hibah tersebut. Tuntutan ini ditujukan untuk memastikan bahwa penerima hibah benar-benar memahami dan setuju dengan konsekuensi serta hak-hak yang melekat pada penerimaan hibah tanah.

Pemberian persetujuan tertulis atau tanda tangan oleh penerima hibah adalah langkah penting dalam menjalankan transparansi dan kejelasan dalam proses hibah. Ini juga dapat menghindari sengketa atau klaim bahwa penerima hibah tidak sepenuhnya memahami atau setuju dengan hibah tersebut di kemudian hari.

5. Tidak Ada Imbalan atau Imbalan Simbolis

Dalam beberapa situasi atau yurisdiksi tertentu, undang-undang mungkin mengharuskan penerima hibah untuk memberikan persetujuan tertulis atau menandatangani surat hibah sebagai tindakan konkret yang menunjukkan persetujuan mereka untuk menerima hibah tersebut. 

Tuntutan ini ditujukan untuk memastikan bahwa penerima hibah benar-benar memahami dan setuju dengan konsekuensi serta hak-hak yang melekat pada penerimaan hibah tanah. Pemberian persetujuan tertulis atau tanda tangan oleh penerima hibah adalah langkah penting dalam menjalankan transparansi dan kejelasan dalam proses hibah. 

6. Tidak Ada Pembatasan Hukum atau Pembatasan Lain

 Hibah tanah harus dilaksanakan sesuai dengan hukum yang berlaku, yang berarti bahwa setiap hibah tanah harus mematuhi peraturan dan ketentuan hukum yang ada di yurisdiksi tertentu. Ini termasuk mematuhi aturan dan regulasi yang berkaitan dengan kepemilikan properti, perpindahan kepemilikan, serta aspek hukum lain yang terkait dengan hibah tanah.

Selain itu, hibah tanah juga harus dilakukan tanpa adanya pembatasan hukum atau batasan lain yang secara tegas melarang atau menghalangi tindakan hibah tersebut. Pembatasan ini dapat mencakup larangan dari lembaga atau badan hukum tertentu, peraturan daerah yang berlaku, atau hambatan hukum lain yang dapat menghambat pelaksanaan hibah tanah.

7. Saksi atau Notaris

Dalam beberapa yurisdiksi, ada persyaratan tambahan yang harus dipenuhi dalam proses hibah tanah, yaitu adanya saksi yang menyaksikan tanda tangan pihak-pihak yang terlibat dalam hibah. Persyaratan ini menambah lapisan keamanan dan validitas hukum dalam transaksi hibah. Dalam beberapa kasus yang lebih ketat, penggunaan seorang notaris juga diwajibkan untuk memberikan tanda tangan dan menyaksikan proses hibah tersebut.

Peran saksi dalam hibah tanah adalah untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat secara fisik hadir dan menandatangani dokumen hibah dengan kesadaran penuh. Saksi berperan sebagai pihak independen yang mengonfirmasi bahwa tindakan hibah dilakukan dengan bebas, tanpa tekanan, dan sesuai dengan niat baik pemberi hibah. 

8. Tidak Ada Penipuan atau Kesalahan

Hibah harus dilakukan dengan kejujuran mutlak dan tanpa adanya unsur penipuan atau kesalahan yang dapat mengakibatkan salah tafsir atau interpretasi yang salah tentang hibah tersebut. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menjalankan hibah tanah dengan integritas dan transparansi yang tinggi.

Penipuan dalam konteks hibah merujuk pada tindakan yang sengaja menyesatkan atau memberikan informasi palsu kepada salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi hibah. Misalnya, penipuan dapat terjadi jika pemberi hibah memberikan informasi yang salah tentang status tanah atau kepemilikan tanah kepada penerima hibah, dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau merugikan pihak lain. Penipuan dalam hibah dapat berdampak serius, karena dapat mengakibatkan sengketa hukum dan konsekuensi hukum yang serius.

Syarat Hibah Menurut Islam

Syarat hibah menurut syariat Islam sangat memperhatikan beberapa prinsip dasar yang mengatur proses hibah. Beberapa syarat hibah menurut syariat Islam meliputi:

1. Pemberi dan Penerima Hibah yang Dewasa

 Pemberi hibah dan penerima hibah harus berusia dewasa, yaitu telah mencapai usia di mana mereka dianggap memiliki kapasitas hukum penuh. Hal ini berarti mereka memiliki kemampuan untuk memahami dan bertanggung jawab atas tindakan hukum mereka.

2. Tidak Dilakukan kepada Orang yang Belum Lahir

Hibah tidak boleh dilakukan kepada orang yang belum lahir. Ini berarti bahwa penerima hibah harus sudah lahir dan berada dalam keadaan hidup saat hibah diberikan.

3. Kesehatan Mental

Pemberi hibah dan penerima hibah harus sehat akal, waras, dan sadar akan tindakan yang mereka lakukan. Mereka harus mampu membuat keputusan hukum dengan jelas dan tanpa adanya gangguan mental.

4. Boleh Dilakukan oleh Laki-laki atau Perempuan

Hibah boleh dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Tidak ada perbedaan gender dalam hal ini.

5. Perkawinan Bukan Penghalang

Status perkawinan tidak menjadi penghalang seseorang untuk menghibahkan barang. Seorang suami atau istri dapat memberikan hibah kepada pasangan mereka atau kepada individu lain.

6. Hibah kepada Orang yang Belum Dewasa

Jika ingin memberikan hibah kepada anak yang belum dewasa, proses hibah tersebut harus dilakukan secara langsung tanpa perantara, dan dihadapan orang tua atau wali yang bersangkutan untuk memastikan keabsahan proses hibah tersebut.

7. Hibah kepada Orang yang Tidak Sehat Akal

 Memberi hibah kepada seseorang yang tidak sehat akal dan pikirannya juga diperbolehkan, tetapi proses hibah tersebut harus dilakukan oleh wali yang bersangkutan. Wali bertanggung jawab untuk memastikan bahwa hibah dilakukan untuk kepentingan yang baik dan tidak merugikan pihak yang tidak sehat akal tersebut.

Cara Membuat Surat Hibah Tanah

Membuat surat hibah tanah adalah proses yang penting dan harus dilakukan dengan cermat. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk membuat surat hibah tanah:

1. Persiapan Awal

Tentukan pemberi hibah (donatur) dan penerima hibah (penerima).Identifikasi tanah yang akan dihibahkan, termasuk lokasi, ukuran, nomor identifikasi tanah (sertifikat tanah), dan deskripsi yang jelas.

2. Konsultasi dengan Ahli Hukum atau Notaris

Sebelum Anda mulai, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan seorang ahli hukum atau notaris yang berpengalaman dalam hukum properti dan hibah. Mereka dapat memberikan panduan hukum yang diperlukan untuk memastikan bahwa surat hibah Anda memenuhi persyaratan hukum yang berlaku di wilayah Anda.

3. Siapkan Surat Hibah

Buat surat hibah yang mencantumkan informasi yang jelas, termasuk identitas pemberi hibah dan penerima hibah, deskripsi tanah yang dihibahkan, tanggal hibah, dan niat baik pemberi hibah untuk memberikan tanah secara sukarela dan tanpa tekanan.

4. Saksi atau Notaris

Terutama jika ada persyaratan hukum di wilayah Anda, pastikan bahwa surat hibah disaksikan oleh saksi yang tidak berkepentingan atau notaris. Saksi atau notaris akan menyaksikan tanda tangan pemberi hibah dan penerima hibah.

5. Tanda Tangan dan Legalisasi

Pemberi hibah dan penerima hibah harus menandatangani surat hibah dengan jelas dan dihadapan saksi atau notaris jika diperlukan. Tanda tangan notaris dapat memberikan bukti tambahan keabsahan.

6. Salinan dan Penyimpanan

Buat salinan dari surat hibah yang telah ditandatangani dan disaksikan. Simpan salinan tersebut dengan aman, dan pastikan bahwa pemberi hibah dan penerima hibah masing-masing memiliki salinan untuk catatan mereka.

7. Pendaftaran dan Pembayaran Pajak (Jika Diperlukan)

Beberapa yurisdiksi mungkin memerlukan pendaftaran surat hibah dan pembayaran pajak hibah. Pastikan Anda memeriksa persyaratan hukum setempat dan mengikuti langkah-langkah yang diperlukan.

8. Sertifikat Tanah (Bila Perlu)

Jika tanah yang dihibahkan memiliki sertifikat tanah, Anda mungkin perlu mengurus pemindahan kepemilikan pada sertifikat tersebut. Proses ini dapat melibatkan pihak berwenang setempat atau lembaga yang mengeluarkan sertifikat tanah.

Pastikan untuk mengikuti prosedur hukum yang berlaku dalam wilayah Anda, dan jika perlu, dapatkan bantuan dari profesional hukum atau notaris yang berkualifikasi. Langkah-langkah ini akan membantu memastikan bahwa surat hibah tanah Anda sah dan berlaku secara hukum.

Contoh Surat Hibah Tanah dari Orang Tua ke Anak

Berikut adalah panduan yang lebih rinci tentang cara membuat surat hibah tanah dari orang tua ke anak:

 

Kami yang menandatangani di bawah ini:

 

Nama: Cucu Hidayat

Tempat dan tanggal lahir: Bandung, 03 April 1968

Nomor Induk Kependudukan (NIK): 089765677875

Pekerjaan: Pegawai Negeri Sipil

Alamat: Jalan Karang Tompel, No 3 RT 6, Bandung

Selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.

 

Nama: Rendy Rizki

Tempat dan tanggal lahir: Bandung, 04 Juli 1989

Nomor Induk Kependudukan (NIK): 08965567887

Pekerjaan: Pegawai Swasta

Alamat: Jalan Kadukolot No 3, Kec. Babakan Sari, Kelurahan Dayeuh, Garut, Jawa Barat

 

Selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.

 

Pada tanggal 2 Desember 2022, Pihak Pertama dengan sukarela menghibahkan sebuah parcel tanah seluas 200 meter persegi kepada Pihak Kedua. Tanah tersebut atas nama Cucu Hidayat dan didukung dengan bukti Sertifikat Hak Milik dengan nomor 83738652, terletak di Batuamper III, Kec Sukasari, Desa Keramat, Garut. Berikut adalah detail batas-batas tanah tersebut:

 

Sebelah utara berbatasan dengan: (tanah/bangunan/jalan)

Sebelah timur berbatasan dengan: (tanah/bangunan/jalan)

Sebelah selatan berbatasan dengan: (tanah/bangunan/jalan)

Sebelah barat berbatasan dengan: (tanah/bangunan/jalan)

Selama dalam kepemilikan Pihak Pertama, tanah yang disebutkan tidak pernah terlibat dalam sengketa atau tuntutan hukum dari pihak lain.

Setelah surat hibah ini ditandatangani oleh kedua belah pihak, tanah yang disebutkan akan sepenuhnya menjadi hak milik Pihak Kedua. Kami membuat surat hibah ini tanpa ada unsur paksaan serta dalam kondisi fisik dan mental yang sehat.

 

Tanggal: 2 Desember 2023

Cucu Hidayat Rendy Rizki

Pihak Pertama Pihak Kedua


Contoh Surat Hibah Tanah untuk Masjid 

Berikut adalah contoh surat hibah tanah yang telah disusun oleh seorang notaris

Dalam rangka memberikan hibah tanah sebagai bentuk kebaikan sosial, manfaat hibah tanah ini akan membawa banyak kebaikan. Ini adalah surat hibah tanah untuk masjid yang memberikan kejelasan mengenai pembagian atau pemberian harta kepada penerima hibah. 

Meskipun sama-sama berisi penjelasan tentang pemberian harta kepada pihak lain, isi surat hibah ini berbeda dengan surat wasiat. Ini adalah contoh surat hibah tanah untuk masjid.

 

SURAT HIBAH TANAH UNTUK MASJID

 

Kami, yang merinci identitas di bawah ini:

Nama: Heri Susilo

Tempat dan tanggal lahir: Brebes, 25 Oktober 1985

Nomor Induk Kependudukan (NIK): 317xxxxx

Pekerjaan: Karyawan Swasta

Alamat: Jalan Pasir No. 30, Jagakarsa

Selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.

Dan,

Nama Masjid: Nurul Khatam

Alamat Masjid: Jalan Pasir No. 01, Jagakarsa

Selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.

Pada tanggal 10 Oktober 2020, Pihak Pertama dengan penuh kerelaan menghibahkan sebuah parcel tanah seluas 70 meter persegi kepada Pihak Kedua. Tanah tersebut atas nama H. Mulawarman dan dilengkapi dengan bukti Sertifikat Hak Milik dengan nomor SHM tertentu. Tanah ini terletak di Jalan Pasir No.3, Jagakarsa, dan memiliki batas-batas berikut:

 

Sebelah utara berbatasan dengan: Masjid Nurul Khatam

Sebelah timur berbatasan dengan: Jalan Pasir No.5, Jagakarsa

Sebelah selatan berbatasan dengan: Gardu listrik

Sebelah barat berbatasan dengan: Jalan Pasir No.6, Jagakarsa

Selama menjadi milik Pihak Pertama, tanah yang disebutkan tidak pernah terlibat dalam sengketa atau tuntutan dari pihak lain. Setelah surat hibah ini ditandatangani oleh kedua belah pihak, tanah yang disebutkan akan sepenuhnya menjadi milik Pihak Kedua. Kami membuat surat hibah ini dengan penuh kerelaan, tanpa adanya tekanan atau paksaan.

 

Tanggal: 11 Oktober 2020

Tanda tangan: (Heri Susilo) (Masjid Nurul Khatam) Pihak Pertama Pihak Kedua

 

Contoh Surat Hibah Tanah untuk Jalan Umum

Ini adalah contoh surat pernyataan hibah tanah yang dapat Anda gunakan sebagai panduan. Berikut juga merupakan contoh surat hibah tanah untuk jalan umum.

SURAT HIBAH TANAH

 

Kami, yang tercantum di bawah ini:

Nama: Kuncoro Agus

Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 28 Maret 1965

Nomor Induk Kependudukan (NIK): 316xxxxx

Pekerjaan: Pegawai Negeri Sipil

Alamat: Jalan Bandung No. 89

 

Selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.

Dan,

 

Nama: Gunawan Dei

Tempat dan tanggal lahir: Bogor, 19 April 1972

Nomor Induk Kependudukan (NIK): 316xxxx

Pekerjaan: Karyawan Swasta

Alamat: Jalan Bandung No. 73

 

Selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua.

 

Pada tanggal 12 November 2019, Pihak Pertama dengan sukarela menghibahkan sebidang tanah seluas 200 meter persegi kepada Pihak Kedua untuk tujuan pelebaran jalan. Tanah tersebut terdaftar atas nama Bapak Ir. Setyano dan dilengkapi dengan bukti Sertifikat Hak Milik (silakan catat nomor SHM). Lokasi tanah ini adalah Jalan Bandung No. 51. Berikut adalah detail batas-batas tanah tersebut:

 

Sebelah utara berbatasan dengan: Taman Warga

Sebelah timur berbatasan dengan: Mushala Nurul Yakin

Sebelah selatan berbatasan dengan: Jalan Bandung No. 50

Sebelah barat berbatasan dengan: Jalan Bandung No. 41

Selama dalam kepemilikan Pihak Pertama, tanah yang disebutkan tidak pernah terlibat dalam sengketa atau tuntutan hukum dari pihak lain. Setelah surat hibah ini ditandatangani oleh kedua belah pihak, tanah yang dimaksud akan sepenuhnya menjadi hak Pihak Kedua. Kami membuat surat hibah ini tanpa adanya unsur paksaan.

 

Tanggal: 30 Mei 2020

Tanda tangan: (Kuncoro Agus) (Gunawan Dei) Pihak Pertama Pihak Kedua

 

Demikian syarat, hukum, dan contoh surat hibah tanah yang telah disampaikan di atas dapat dijadikan referensi penting dalam proses perencanaan dan pelaksanaan hibah tanah. Referensi ini akan membantu Anda memahami tata cara dan persyaratan yang harus diikuti dalam proses hibah tanah.