Dilema Kaum Milenial: Memilih Antara KPR dan Sewa Rumah

Artikel ini terakhir di perbaharui October 8, 2025 by Amirul Balada
Dilema Kaum Milenial: Memilih Antara KPR dan Sewa Rumah

Setiap akhir bulan, setelah notifikasi transfer berhasil untuk uang sewa muncul di layar ponsel, pertanyaan itu pasti datang lagi: bukankah uang sewa ini seharusnya bisa menjadi cicilan rumah sendiri?

Kalau kamu sering mengalaminya, selamat datang di klub. Ini adalah perang batin abadi yang dihadapi hampir semua orang di usia 20-an dan 30-an. Di satu sisi, ada impian punya aset dan stabilitas. Di sisi lain, ada kenyataan akan komitmen utang puluhan tahun yang bikin bergidik.

Tim Sewa bilang KPR itu beban. Tim KPR bilang sewa itu bakar uang. Siapa yang benar? Jujur saja, tidak ada jawaban yang salah. Ini bukan soal matematika murni, tapi soal fase kehidupan dan filosofi finansialmu. Mari kita bedah argumen kedua kubu.

Argumen Tim Sewa: Kebebasan Adalah Kemewahan Tertinggi

Menjadi penyewa sering kali dipandang sebelah mata. Padahal, ini adalah pilihan strategis yang cerdas bagi banyak orang.

  • Fleksibilitas Tanpa Tanding: Dapat tawaran kerja di kota lain? Ingin pindah lebih dekat ke sekolah anak? Gampang. Kamu tinggal habiskan kontrak dan pindah. Kamu tidak terikat pada satu lokasi.
  • Beban Finansial Jangka Pendek Lebih Ringan: Tidak perlu pusing mencari DP puluhan hingga ratusan juta. Uang tersebut bisa kamu putar untuk investasi lain yang mungkin lebih likuid.
  • Bebas dari Biaya Tak Terduga: Atap bocor? Pompa air rusak? Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) naik? Itu semua urusan pemilik rumah. Pengeluaranmu setiap bulan relatif stabil dan bisa diprediksi.

Argumen Tim KPR: Membangun Fondasi untuk Masa Depan

Di sisi lain, mengambil KPR adalah langkah besar untuk membangun kekayaan dan stabilitas jangka panjang.

  • Ini Asetmu, Bukan Biaya: Setiap cicilan yang kamu bayar adalah sebuah cara disiplin untuk menabung yang perlahan-lahan mengubah utang menjadi aset nyata atas namamu. Nilainya pun berpotensi terus naik.
  • Stabilitas dan Kebebasan Berekspresi: Tidak akan ada lagi drama dengan pemilik kontrakan. Kamu bebas mengecat dinding warna apa pun, memaku tembok untuk memasang foto keluarga, atau merombak taman sesuka hati. Ini rumahmu.
  • Harga yang Terkunci: Saat kamu mengambil KPR dengan bunga tetap, cicilanmu akan sama untuk beberapa tahun ke depan, sementara harga sewa di pasaran cenderung terus merangkak naik.

Mari Berhitung Kasar: Bakar Uang vs. Cicilan Paksa

Anggap kamu menyewa rumah seharga Rp 40 juta/tahun. Dalam 5 tahun, kamu menghabiskan Rp 200 juta tanpa ada aset yang kamu miliki.

Sekarang, bandingkan dengan membeli rumah seharga Rp 800 juta. Kamu butuh DP Rp 80 juta. Sisa Rp 720 juta kamu cicil selama 20 tahun, misalnya cicilan per bulan Rp 5,5 juta (atau Rp 66 juta/tahun).

Dalam 5 tahun, kamu sudah membayar cicilan Rp 330 juta. Angka ini memang lebih besar dari biaya sewa. TAPI, sebagian besar dari uang itu masuk ke pembayaran pokok utang yang menjadi asetmu. Jika harga rumahmu naik 5% per tahun, dalam 5 tahun nilainya sudah menjadi lebih dari Rp 1 Miliar.

Ini Bukan Soal Matematika, Ini Tentang Fase Kehidupanmu

Lupakan sejenak apa kata orang atau kalkulator. Pada akhirnya, perdebatan KPR vs. Sewa bukanlah tentang mencari jawaban yang benar, tapi tentang memahami apa fase kehidupanmu saat ini.

Tanyakan pada dirimu sendiri:

  • Apakah kamu sedang di fase membangun fondasi dan stabilitas jangka panjang?
  • Ataukah kamu sedang di fase menikmati petualangan dan fleksibilitas?
  • Manakah pilihan yang memberimu tidur paling nyenyak di malam hari?

Jawaban jujur dari pertanyaan-pertanyaan itulah kompasmu. Baik Tim KPR maupun Tim Sewa, keduanya adalah pilihan para pemenang, selama itu adalah keputusan yang paling sejalan dengan tujuan hidupmu sekarang. Pilihlah jalan yang paling damai untuk pikiran dan rekeningmu.

Siap untuk mengambil langkah selanjutnya? Pelajari lebih dalam di Panduan Membeli Rumah Pertama