Contoh Surat Perjanjian Hutang Piutang Bermaterai dan Sah

Artikel ini terakhir di perbaharui August 1, 2023 by David Ashari
Contoh Surat Perjanjian Hutang Piutang Bermaterai dan Sah

Apakah Anda pernah memberikan pinjaman uang kepada seseorang? Jika iya, seringkali proses peminjaman tersebut tidak disertai dengan surat perjanjian hutang piutang, dan pengembaliannya berdasarkan kesepakatan lisan antara kedua belah pihak. Namun, sebenarnya surat perjanjian hutang piutang memiliki peranan yang sangat penting. 

Surat ini berisi kesepakatan antara pemberi dan penerima pinjaman, dan dapat menjadi alat untuk memastikan pengembalian dana yang telah diberikan. Untuk memperkuat kedudukan surat perjanjian hutang piutang, Anda dapat menambahkan materai sehingga menegaskan karakter perdata dalam dokumen tersebut. Dengan demikian, jika terjadi pihak yang menerima pinjaman tidak memenuhi janji pembayaran, surat hutang piutang dapat digunakan sebagai bukti dalam proses hukum di pengadilan.

Fungsi Surat Perjanjian Hutang Piutang

Surat perjanjian hutang piutang memiliki beberapa fungsi penting, di antaranya:

1. Bukti Perjanjian

Surat perjanjian hutang piutang berfungsi sebagai bukti tertulis yang sah mengenai kesepakatan antara pihak yang memberi pinjaman (pihak pertama) dan pihak yang menerima pinjaman (pihak kedua). Dokumen ini mendokumentasikan rincian transaksi pinjaman, termasuk jumlah pinjaman, tingkat bunga, dan jangka waktu pembayaran.

2. Perlindungan Hukum

Dengan adanya surat perjanjian, kedua belah pihak memiliki perlindungan hukum dalam hal terjadi perselisihan atau ketidaksepahaman di kemudian hari. Jika terjadi wanprestasi atau pelanggaran perjanjian, dokumen ini dapat dijadikan dasar untuk menyelesaikan masalah secara hukum.

3. Mengatur Kewajiban

Surat perjanjian hutang piutang berfungsi untuk mengatur kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak. Ini mencakup ketentuan tentang jumlah pembayaran, jangka waktu pengembalian, besaran bunga, dan mekanisme pelunasan hutang.

4. Menjaga Keadilan

Dokumen ini membantu menghindari potensi kesalahpahaman dan perselisihan karena semua ketentuan dan syarat perjanjian tercatat secara jelas. Dengan adanya surat perjanjian, proses penagihan dan pelunasan hutang dapat berjalan dengan lebih adil dan teratur.

5. Jaminan Jangka Waktu

 Surat perjanjian hutang piutang membantu mengingatkan kedua belah pihak mengenai jangka waktu pembayaran. Ini penting untuk memastikan bahwa pembayaran dilakukan tepat waktu sesuai kesepakatan yang telah ditentukan.

6. Jaminan (Jika Ada)

Jika dalam perjanjian disertakan jaminan seperti sertifikat tanah atau aset berharga lainnya, surat perjanjian akan mencatatnya dengan jelas. Hal ini memberikan perlindungan bagi pihak yang memberikan pinjaman agar jika terjadi wanprestasi, jaminan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan hutang.

Komponen Dalam Surat Perjanjian Hutang Piutang

Surat perjanjian hutang mengandung beberapa komponen yang perlu diperhatikan. Semua rincian terkait pinjaman dan persyaratan terdapat dalam komponen tersebut, berikut rinciannya:

  • Data diri kedua pihak (seperti nama, alamat, nomor KTP, pekerjaan, dan lain-lain).
  • Jumlah total atau nominal uang yang dipinjam.
  • Jumlah total pembayaran.
  • Tujuan pinjaman.
  • Jangka waktu pembayaran.
  • Jumlah pembayaran bulanan (jika diperlukan).
  • Jaminan pinjaman (jika diperlukan).
  • Tingkat bunga atau kompensasi.
  • Persyaratan terkait hukuman jika tidak membayar atau wanprestasi (kondisi di mana pinjaman dapat dihentikan atau ditangguhkan karena pelanggaran kewajiban oleh pihak yang meminjam).

Contoh Surat Perjanjian Hutang Piutang yang Benar

SURAT PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Pada hari ini, Senin 28 Oktober 2023, telah ditandatangani suatu perjanjian hutang piutang uang antara kedua pihak yaitu:

1. Ari Hidayat, bertempat tinggal di Jalan Melati RT.008/01 Kec. Katapang, Kota Bandung, dalam hal ini bertindak atas nama diri sendiri selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Sumi Asih beralamat di Kp. Cisauk Desa Sampora RT.002/004 Kec. Cisauk Kab. Tangerang, dalam hal ini bertindak atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut PIHAK KEDUA.

Terlebih dahulu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerangkan bahwa:

3. Para pihak menerangkan terlebih dahulu bahwa PIHAK PERTAMA telah meminjam dari PIHAK KEDUA sejumlah uang sebesar Rp30.000.000, (tiga puluh juta rupiah).

4. Bahwa mengenai pinjaman uang tersebut dan sekalian mengenai pemberian jaminan surat tanah berikut dengan bidang tanahnya tersebut kedua belah pihak bermaksud hendak menetapkan dalam suatu perjanjian.

Pasal 1
JUMLAH PINJAMAN

PIHAK PERTAMA dengan ini telah meminjam dari PIHAK KEDUA uang sejumlah Rp30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) dengan pengembalian uang selama 3 Bulan.

Pasal 2
PENYERAHAN PINJAMAN

PIHAK KEDUA telah menyerahkan uang sebagai pinjaman sebesar Rp30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) tersebut secara tunai dan sekaligus kepada PIHAK PERTAMA pada saat perjanjian ini dibuat dan ditandatangani dan PIHAK PERTAMA menyatakan telah menerimanya dengan menandatangani bukti penerimaan (kuitansi) yang sah.

Pasal 3
BUNGA

1. Atas hutang sejumlah Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) tersebut, PIHAK PERTAMA dikenakan bunga setiap bulannya sebesar 10% (sepuluh persen) oleh PIHAK KEDUA.

2. Pihak yang dikenakan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sisa hutang yang belum dibayar oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 4
SISTEM PENGEMBALIAN

PIHAK PERTAMA wajib membayar kembali hutangnya tersebut kepada PIHAK KEDUA dengan cara pembayaran angsuran sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) setiap bulan, per tanggal 18 sampai pengembalian uang sejumlah Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) tersebut.

Pasal 5
BIAYA PENAGIHAN

1. Bilamana untuk pembayaran kembali atas segala sesuatu yang berdasarkan perjanjian ini, diperlukan tindakan-tindakan penagihan oleh PIHAK KEDUA maka segala biaya-biaya penagihan itu baik di hadapan maupun di luar pengadilan menjadi tanggungan dan wajib dibayar oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 6
PENGEMBALIAN SEKALIGUS

1. Apabila PIHAK PERTAMA karena sebab apapun juga lalai atau ingkar dari perjanjian ini, namun masih ada hutang yang belum lunas dibayar oleh PIHAK PERTAMA, maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 bulan terhitung semenjak tanggal jatuh tempo, PIHAK PERTAMA wajib membayar lunas seluruh tunggakan yang belum dilunasi oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

2. Pihak yang digolongkan sebagai kelalaian atau ingkar janji PIHAK PERTAMA. Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, apabila PIHAK PERTAMA lalai memenuhi salah satu kewajibannya, yang ditetapkan dalam perjanjian ini.

a. Terhadap PIHAK PERTAMA diajukan permohonan kepada instansi yang berwenang, untuk diletakan dibawah pengakuan atau untuk dinyatakan pailit.
b. Bilamana harta kekayaan dari PIHAK PERTAMA terutama bangunan rumah tinggal berikut dengan bidang tanahnya disita atau bilamana terhadap PIHAK PERTAMA dilakukan tindakan eksekusi untuk pembayaran kepada PIHAK KEDUA.
c. Bilamana PIHAK PERTAMA meninggal dunia.

Pasal 7
KUASA

1. PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK KEDUA, untuk mengambil dan menguasai rumah dan tanah serta turutannya sebagaimana disebut pada pasal 7 untuk menjual atau melakukan lelang serta memiliki sendiri atas benda jaminan tersebut dalam rangka melunasi hutang PIHAK PERTAMA.

2. Kuasa yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA di dalam atau berdasarkan perjanjian ini, adalah bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari perjanjian ini. Kuasa mana tidak dapat ditarik kembali dan juga tidak akan berakhir, karena meninggal dunianya PIHAK PERTAMA atau karena sebab apapun juga.

Pasal 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila ada hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam perjanjian ini dan juga jika terjadi perbedaan penafsiran atas seluruh atau sebagian dari perjanjian ini, maka kedua belah pihak telah sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Jika penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak menyelesaikan perselisihan tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan secara hukum yang berlaku di Indonesia.

Pasal 9
LAIN-LAIN

Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam perjanjian utang piutang ini, akan diatur lebih lanjut dalam bentuk surat menyurat dan atau addendum perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak yang merupakan salah satu kesatuan atau bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Pasal 10
PENUTUP

Perjanjian Hutang Piutang uang ini dibuat rangkap 2 (dua), di atas kertas bermeterai cukup untuk masing-masing pihak yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta tanpa unsur paksaan dari pihak manapun.

PIHAK PERTAMA                                    PIHAK KEDUA



(ARI HIDAYAT)                                          (SUMI ASIH)



SAKSI-SAKSI:




(………………………………….)

Bagaimana Cara Melaporkan Orang yang Tidak Mau Bayar Utang? 

Melaporkan orang yang tidak mau membayar hutang dapat menjadi langkah yang terakhir setelah telah dilakukan upaya-upaya penagihan secara baik dan tertulis. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda ikuti untuk melaporkan orang yang tidak mau membayar utang:

1. Konfirmasi Utang

Pastikan Anda memiliki bukti tertulis yang kuat tentang adanya utang tersebut, seperti surat perjanjian hutang piutang atau bukti pembayaran sebelumnya.

2. Komunikasi Tertulis

Lakukan upaya penagihan utang melalui surat atau email secara resmi. Sampaikan pesan dengan sopan namun tegas, meminta pembayaran utang dan mengingatkan mengenai kesepakatan yang telah dibuat.

3. Pemberitahuan Tertulis

Jika langkah pertama tidak berhasil, kirimkan pemberitahuan tertulis lebih resmi yang menyatakan niat Anda untuk melaporkan utang tersebut ke pihak berwenang jika tidak ada pembayaran yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

4. Buktikan Upaya Penagihan

Selama proses ini, pastikan Anda menyimpan semua salinan surat dan bukti komunikasi yang telah dilakukan sebagai bukti bahwa Anda telah mencoba menyelesaikan utang secara damai.

5. Konsultasi dengan Penasehat Hukum

Jika semua upaya penagihan tidak berhasil, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan penasehat hukum atau pengacara untuk memahami hak dan kewajiban Anda serta mendapatkan nasihat mengenai langkah selanjutnya.

6. Lapor ke Pihak Berwenang

Jika Anda memiliki bukti yang cukup dan telah mencoba upaya penagihan dengan benar, Anda dapat melaporkan utang tersebut ke pihak berwenang, seperti kepolisian atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

7. Proses Hukum

Setelah melaporkan utang, proses hukum akan berjalan. Anda akan diminta untuk memberikan bukti dan keterangan mengenai utang yang belum dibayar, dan pihak berwenang akan menilai kasus tersebut.

Perlu diingat bahwa melaporkan seseorang yang tidak membayar utang adalah langkah serius dan dapat melibatkan proses hukum yang kompleks. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mendapatkan nasihat hukum profesional sebelum mengambil langkah ini. Selain itu, pastikan Anda berada dalam batas hukum dan tidak melakukan tindakan atau ancaman yang melanggar hukum dalam upaya penagihan utang.

Hutang Piutang Diatas Materai Apakah Bisa Dipidanakan?

Hutang piutang yang diatur dalam surat perjanjian hutang piutang diatas materai biasanya dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah di hadapan hukum. Dalam banyak negara, termasuk Indonesia, perjanjian yang di atas materai memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam proses penagihan utang.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun perjanjian yang di atas materai memiliki nilai hukum yang lebih kuat, hal tersebut tidak secara otomatis mengakibatkan pelanggaran hukum atau tindakan pidana oleh pihak yang berutang. Perjanjian hutang piutang biasanya dijadikan sebagai dasar untuk proses penyelesaian perdata, bukan untuk proses pidana.

Jika pihak yang berutang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan setelah melalui upaya-upaya penagihan secara baik, pihak yang berhutang dapat dikenakan tuntutan perdata. Proses ini akan berlangsung di Pengadilan Negeri sesuai dengan wilayah tempat perjanjian tersebut dibuat atau tempat tinggal pihak yang berhutang.

Dalam kasus tertentu, ada juga ketentuan pidana terkait utang piutang, seperti penggelapan atau penipuan. Namun, untuk kasus-kasus seperti itu, biasanya diperlukan bukti tambahan yang menunjukkan adanya niat jahat atau penipuan yang sengaja dilakukan oleh pihak yang berhutang.

Apakah Hutang Bisa Dibawa Ke Jalur Hukum?

Ya, surat perjanjian hutang piutang yang sah dapat melalui proses penyelesaian perdata di pengadilan. Ketika seseorang atau sebuah perusahaan gagal atau enggan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian yang telah dibuat, pihak yang berhak untuk menerima pembayaran (kreditur) memiliki hak untuk mengajukan tuntutan hukum kepada pihak yang berutang (debitur).

Proses penyelesaian perdata atau gugatan hutang ini dilakukan di Pengadilan Negeri dan diatur oleh hukum perdata. Beberapa langkah umum yang dapat diambil untuk membawa hutang ke jalur hukum adalah sebagai berikut:

1. Surat Somasi

 Sebelum mengajukan gugatan di pengadilan, biasanya kreditur akan mengirimkan surat somasi kepada debitur sebagai peringatan terakhir untuk membayar utang. Surat somasi ini berisi permintaan pembayaran utang dalam waktu tertentu sebelum tindakan hukum lebih lanjut diambil.

2. Gugatan

Jika debitur tidak merespons somasi atau masih tidak membayar utang setelah somasi dikirimkan, kreditur dapat mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri. Dalam gugatan tersebut, kreditur harus menyampaikan alasan mengapa debitur dianggap berutang, serta bukti-bukti yang mendukung klaim tersebut.

3. Sidang Pengadilan

Setelah gugatan diajukan, pengadilan akan menjadwalkan sidang untuk mendengarkan argumen dari kedua belah pihak. Pada sidang ini, pihak kreditur akan menyampaikan klaimnya, dan pihak debitur akan diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan atau membantah klaim tersebut.

4. Putusan Pengadilan

Setelah mendengarkan kedua belah pihak dan mempertimbangkan bukti-bukti yang disampaikan, pengadilan akan membuat putusan terkait gugatan hutang. Jika pengadilan menyatakan debitur benar-benar berhutang dan belum membayar utang sesuai kesepakatan, biasanya akan dikeluarkan putusan yang mewajibkan debitur untuk membayar utang tersebut.

Jika debitur masih tidak membayar utang setelah putusan pengadilan dikeluarkan, kreditur dapat mengambil langkah-langkah eksekusi untuk mengeksekusi putusan tersebut, seperti menyita aset debitur atau mencari cara lain untuk mendapatkan pembayaran utang.

Namun, sebelum memutuskan untuk membawa hutang ke jalur hukum, penting untuk mempertimbangkan konsekuensi dan biaya yang terlibat dalam proses ini. Terkadang, penyelesaian di luar pengadilan melalui negosiasi atau mediasi dapat menjadi pilihan yang lebih bijaksana dan lebih cepat untuk menyelesaikan masalah hutang. Jika Anda menghadapi masalah hutang, sebaiknya berkonsultasi dengan penasihat hukum atau ahli keuangan untuk mendapatkan nasihat yang tepat sesuai dengan situasi Anda.

Itulah contoh surat perjanjian hutang piutang. Kesimpulannya, hutang piutang yang diatur dalam perjanjian yang sah dengan materai dapat menjadi dasar bagi proses penyelesaian perdata. Namun, untuk masalah pidana, harus ada bukti tambahan yang menunjukkan adanya tindakan kriminal atau penipuan yang sengaja dilakukan oleh pihak yang berutang. Jika Anda menghadapi masalah hutang piutang yang kompleks, sebaiknya berkonsultasilah dengan penasehat hukum untuk mendapatkan nasihat yang tepat sesuai dengan hukum yang berlaku di wilayah Anda.